Suatu hari, ada seorang budak mukatab (yang sedang membuat perjanjian pembebasan dengan tuannya) datang menemui Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu.
Budak itu mengadukan problemnya kepada Ali. Ia berkata, “Aku tidak mampu membayar pembebasanku, maka tolonglah aku!”
Mendengar pernyataan itu, dengan sigap Ali menjawab, “Maukah aku ajarkan kepadamu beberapa kalimat yang telah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam ajarkan kepadaku, yang seandainya engkau memiliki utang sebesar gunung Shir niscaya Allah akan membayarnya untukmu?”
Kemudian, saat itu juga Ali mengajarkan doanya:
اللَّهُمَّ اكْفِنِي بِحَلَالِكَ عَنْ حَرَامِكَ، وَأَغْنِنِي بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
ALLAAHUMMAKFINII BIHALAALIKA ‘AN HARAAMIK, WA AGHNINII BIFADHLIKA ‘AMMAN SIWAAK
“Ya Allah, cukupkanlah aku dengan kehalalanMu sehingga tidak memerlukan keharaman-Mu, dan jadikanlah aku kaya sehingga tidak butuh kepada selain-Mu.” (HR. Tirmidzi)
Doa yang didengar oleh Ali bin Abi Thalib dari Nabi ini kalau didalami maknananya sungguh luar biasa. Dilihat dari sisi diksi yang ada di dalamnya, doa ini bukan saja untuk dilantukan, tapi juga perlu dijadikan pedoman hidup bagi yang ingin terbebas dari utang.
Berikut ini ada beberapa poin penting yang bisa diambil. Pertama, mencukupkan diri pada yang halal.
Biasanya, orang berutang atau sampai dililit oleh utang kebanyakan bukan karena kebutuhan tapi menjadi gaya hidup dan karena gengsi. Akhirnya, tak peduli kehalalan. Yang penting, semua kemauan bisa terpenuhi. Padahal, hal itu justru membuatnya terpuruk dalam gelimang utang.
Orang yang berusaha menjaga yang halal, dan menghindarkan diri dari yang diharamkan Allah, maka Allah akan memudahkan jalannya dalam mendapatkan rezeki. Hidupnya juga bukan karena menuruti gengsi dan hawa nafsu, tapi karena Allah Ta’ala.
Kedua, memohon kepada Allah agar dijadikan kaya. Kaya bukan hanya dalam bidang harta, tapi bisa juga kaya hati, tapi tidak kekurangan juga secara materi. Problem utang memang rata-rata menimpa orang yang tidak punya sehingga menjadi sasaran dari para rentenir yang ingin meraup untung.
Kalau orang kaya hatinya, merasa cukup dengan yang ada, bahkan jika suatu saat dia diberi kekayaan oleh Allah, maka hal itu tak akan membuatnya tergiur utang dan menyelamatkannya dari bahaya utang. Tak hanya itu, ia bergantung kepada Allah Yang Mahakaya, sehingga tidak tertaut kepada selain-Nya.
Itulah di antara pesan penting dari doa yang pernah didengar oleh Ali dari Nabi. Bagi yang sudah adiktif terhadap utang, berdoalah dengan doa ini dan ubah gaya hidup sehari-hari dengan merasa cukup dengan yang halal, hindari berbagai hal yang haram dan mohonlah kepada Allah kecukupan agar tidak tergantung kepada utang kepada manusia. Allah Mahakaya. Dia pasti akan membantu hamba-Nya sungguh-sungguh ingin terbebas dari utang. (MBS)