Setelah iblis dikutuk oleh Allah Ta’ala karena tak mau taat perintah-Nya berupa sujud penghormatan kepada Adam, maka ia berkata kepada Allah: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus.” (QS. Al-A’raf [7]: 16)
Dengan begitu yakin dan mantap, dalam ayat ini memproklamirkan diri sebagai penyesat anak cucu manusia sebagaimana Adam dan Hawa. Inilah visi misi iblis beserta bala tentaranya di dunia. Mereka tidak akan pernah berhenti untuk menyesatkan manusia.
Untuk hal ini, memang mereka benar-benar gigih. Dalam ayat selanjutnya digambarkan, “Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” (QS. Al-A’raf [7]: 17)
Dalam tafsir Al-Jalalain dijelaskan, “(Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang, dari kanan dan dari kiri mereka) maksudnya dari segala penjuru, kemudian aku halang-halangi mereka untuk bisa menempuh jalan-Mu itu. Akan tetapi Ibnu Abbas memberikan penafsirannya, bahwa iblis tidak akan dapat mendatangi mereka dari arah atasnya hal itu supaya ia jangan menghalang-halangi jalan antara hamba dengan rahmat Allah swt. (dan engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur”) yakni beriman.”
Syekh Sya’rawi dalam tafsirnya pernah menjelaskan ada dua arah yang tak bisa di sentuh oleh iblis dan bala tentaranya, yaitu: arah atas dan bawah. Atas sebagai arah turunnya rahmat dari Allah dan arah untuk berdoa. Sedangkan bawah adalah tempat untuk bersujud.
Penjelasan Syekh Sya’rawi seolah menyiratkan bahwa orang yang ahli beribadah, dan ikhlas dalam ibadahnya, maka rahmat Allah akan bertabur dan dia akan dijaga Allah karena ibadah yang dilakukan ikhlas karena-Nya. Di ayat lain, memang yang tidak bisa diganggu iblis adalah orang-orang yang ikhlas.
Kalau kegigihan iblis dalam menyesatkan manusia tidak diimbangi dengan ibadah yang bagus, keikhlasan yang berkesinambungan dan ketaatan yang terus-menerus dijaga, maka manusia akan gampang terpental di tengah perjalanan. Apalagi, mereka mendatangi manusia dari titik paling lemah dan yang digemarinya. Sedikit sekali yang lolos dari perangkapnya jika tidak disiapkan proteksi untuk menjaga diri darinya.
Contoh kecil, banyak yang tidak lolos dari jerat iblis berupa riya’. Awalnya mungkin ikhlas, namun karena keasyikan disanjung, atau mendapatkan like yang banyak di media sosial, demikian juga mendapat follower yang banyak, akhirnya keikhlasan lambat laun terkikis, sehingga secara halus ia kehilangan keikhlasan dan beramal hanya ingin mendapat kepopuleran atau kemasyhuran.
Oleh karena itu, perlu usaha yang gigih untuk melawannya. Apalagi, mereka tidak bisa dilihat oleh indra, sedangkan mereka bisa melihat manusia. Untung saja, Allah telah memberikan tips untuk menghadapi segala godaan dan tipu daya iblis, seperti: ikhlas, memohon perlindungan dengan ta’awwudz, taat dan iman kepada Allah. Namun itu memang tidak gampang, karena yang mampu hanya para pejuang. (MBS)