Setelah mengetahaui tentang setan dan bagaimana kekukuhannya menggoda serta menyesatkan manusia, maka ada tiga senjata ampuh untuk melawannya.
Dua senjata yaitu akal dan hidayah Allah sudah disinggung pada artikel sebelumnya, namun belum dijelaskan secara terperinci. Adapun senjata yang ketiga adalah maghfirah, yakni ampunan dari Allah SWT.
Pembahsan mengenai tiga senjata ampuh untuk mengalahkan godaan dan tipu daya setan diulas dalam buku Samudera Al-Fatihah karya Bey Arifin. Buku ini menjelaskan secara gamblang mengenai pentingnya memohon perlindungan kepada Allah SWT dari godaan setan yang terkutuk dalam tafsir tentang isti’adzah.
Tentang dahsyatnya godaan setan, Malaikat pun tahu. Betapa hebatnya godaan iblis, setan, dan nafsu-nafsu yang dihadapi manusia dalam kehidupannya di muka bumi ini. Karena itu, Allah SWT memberikan senjata yang sebanding, bahkan lebih kuat, untuk mengalahkan segala bentuk tipu daya setan.
Dua senjata akal dan hidayah Allah saja sebenarnya sudah kuat untuk menandingi kekuatan setan atau iblis. Namun, Allah SWT menambahkan satu kekuatan lagi yang tak akan mungkin dikalahkan oleh setan dan iblis. Senjata yang berupa maghfirah atau ampunan Allah SWT.
Adapun tiga senjata ampuh untuk melawan godaan dan tipu daya setan, berikut ini penjelasannya.
1. Akal
Sebagaimana diulas sebelumnya, secara fisik, setan yang merupakan makhluk halus tidak dapat dihadapi dengan kekuatan fisik. Setan dapat melihat manusia, sementara manusia tidak bisa melihat makhluk halus. Maka senjata pertama yang diberikan kepada manusia untuk membedakan mana yang baik dan buruk adalah akal.
Akal adalah kekuatan pemberian Allah kepada manusia. Dengan dibantu pancaindera yang lima, akal dapat membedakan antara hitam dan putih, baik dan buruk, bahagia dan sedih, merugikan dan menguntungkan dan sebagainya.
Dengan akal saja, sebenarnya sudah cukup kuat untuk mengalahkan setan atau iblis. Meskipun kita tak dapat melihatnya, dengan akal sebenarnya kita sudah dapat melihat setan. Bukanlah kita dapat melihat dan memikirkan kerusakan yang diakibatkan godaan dan tipu daya setan seperti perbuatan keji dan buruk, kebencian dan permusuhan, kesengsaraan dan kerugian? Dengan pengetahuan saja, kita sudah tahu bagaimana dahsyatnya tipu daya iblis itu. Belum lagi jika kita mengkaji kerugian, kehancuran, keserakahan, dan kesengsaraan kaum-kaum terdahulu.
Sayangnya, bukan saja orang bodoh yang terpedaya melainkan orang pintar pun masih terjerumus oleh tipu daya setan. Banyak di antara mereka tenggelam dalam kemaksiatan, perbuatan keji, dan pelanggaran-pelanggatan syariat Allah SWT. Bahkan semakin tinggi pengetahuan seseorang, bukan jaminan kejahatannya berkurang.
Bahkan bisa bertambah rusak, serakah, sombong, dan semisalnya. Demikianlah manusia diberi akal, bisa digunakan ke jalan yang menyelamatkan, bisa pula terjerumus karenanya. Karena itulah, di samping akal, manusia diberi hidayah oleh Allah SWT. Dengan hidayah, maka akal dapat diarahkan dan dibimbing di atas jalan yang lurus.
2. Hidayah Allah
Jika seseorang sudah menerima hidayah Allah, maka akalnya sudah bisa berjalan sendiri. Bahkan, akalnya selalu didampingi oleh petunjuk Allah yaitu ajaran Islam. Jika akal dan petunjuk Allah berjalan beriringan, maka tercapailah manusia yang sempurna. Manusia inilah yang kemudian disebut orang-orang yang beriman, orang shalih, dan hamba Allah yang bertaqwa.
Hidayah Allah yang disebut sebagai petunjuk atau jalan lurus itu adalah agama dengan perantaraan Nabi-Nabi dan para Rasul, serta kitab-kitab suci. Kitab-Kitab suci ini berganti dari Zabur ke Taurat, dan dari Taurat ke Injil. Sementara Injil juga mengalami hal sama dengan Zabur dan Taurat lalu diganti oleh Allah dengan Al-Qur’an melalui Nabi yang terakhir Muhammad SAW.
Dengan begitu, akal harus terus didampingi dengan Al-Qur’an. Karena kalau dengan akal saja, setan sebenarnya juga makhluk berakal sehingga seringkali manusia kalah. Apalagi perlawanan setan dan iblis selalu mempergunakan seluruh kekuatan yang ada padanya tanpa akhlak dan moral. Hanya saja, akal manusia lebih sempurna karena dapat menerima petunjuk-petunjuk Allah yaitu agama, sementara setan tidak.
Namun patut disayangkan juga karena tak semua manusia dapat menerima petunjuk Allah atau agama dengan akalnya. Itu karena kekuatan setan yang telah menguasai diri dan akal mereka sehingga kebanyakan manusia berpaling dari kebenaran. Jadilah banyak manusia yang fasik, benci kebenaran, kufur, salah jalan, sesat, dan semisalnya.
3. Maghfirah (Ampunan Allah)
Karena begitu hebatnya tipu daya setan dan iblis, bagaimana pun berhati-hatinya manusia, sering juga terjatuh dalam salah dan kekhilafan. Kecuali manusia yang ma’shum (terjaga dari dosa) seperti Nabi dan Rasul.
Kejatuhan manusia dalam kesalahan dan dosa tak lain karena disamping diberi akal, manusia juga memiliki nafsu atau keinginan. Ada puluhan macam nafsu yang dimiliki manusia. Misalnya, nafsu pada makanan, harta, kekayaan, perhiasaan, kedudukan, kemuliaan, kemewahan, syahwat, dan lainnya.
Semua itu menjadi pintu-pintu masuk yang terbuka dan memungkinkan setan masuk dan menyelinap untuk memperdaya kita. Syukur kalau sudah ada hidayah Allah, bisa menjadi benteng yang menyelamatkan. Kalau pun masih terjerumus, maka manusia diberi ampunan. Maghfirah adalah senjata terakhir sebagai hadiah terbesar bagi manusia yang tersalah dan terlanjur berbuat dosa di permukaan bumi ini.
Nabi Adam As dan Hawalah sebagai manusia pertama yang diberi hadiah terbesar ini melawan tipu daya setan, setelah Adam dan Hawa melakukan kesalahan, lalu bertobat kepada Allah SWT. Pintu tobat dibuka, dan Allah mengabulkan pertobatannya keduanya.
Selanjutnya, pintu-pintu tobat dibuka seluas-luasnya setiap saat, saban menit, jam, hari, dan tak peduli malam atau siang. Karena Allah SWT Maha Hidup, Maha Mengatur, tidak mengantuk dan tak pula tidur. Syukur Alhamdulillah, setiap saat Allah SWT mendengar dan menerima permohonan hamba-hamba-Nya. Dalam keramaian atau keheningan, dalam ruangan atau di padang terbuka, sama saja bagi Allah SWT yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.
Masalahnya, adakah kita selalu berdoa, memohon ampunan, dan berzikir, atau ketika hanya ada kebutuhan saja, dalam keadaan terdesak, atau ketika mengalami kesulitan?
Sungguh sebuah kesadaran besar jika manusia suka, sering, selalu bertobat, dan meminta ampunan Allah SWT. Baik pagi, siang, sore, dan malam, tak putus-putusnya sampai hari kiamat.
Jangankan manusia biasa, Rasulullah SAW sendiri tak putus-putusnya memohon ampunan Allah SWT. Beliau bersabda: “Sesungguhnya aku minta ampun kepada Allah Ta’ala dalam sehari 70 kali.” (Riwayat Thabrani dan Abu Hurairah) (Aza)