Tahukah Anda bagaimana Al-Qur`an memandang kekalahan dan kemenangan? Tulisan ini akan mencoba menguraikannya dengan merenungi surah Al-Baqarah ayat 249:
فَلَمَّا فَصَلَ طَالُوتُ بِٱلۡجُنُودِ قَالَ إِنَّ ٱللَّهَ مُبۡتَلِيكُم بِنَهَرٖ فَمَن شَرِبَ مِنۡهُ فَلَيۡسَ مِنِّي وَمَن لَّمۡ يَطۡعَمۡهُ فَإِنَّهُۥ مِنِّيٓ إِلَّا مَنِ ٱغۡتَرَفَ غُرۡفَةَۢ بِيَدِهِۦۚ فَشَرِبُواْ مِنۡهُ إِلَّا قَلِيلٗا مِّنۡهُمۡۚ فَلَمَّا جَاوَزَهُۥ هُوَ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَعَهُۥ قَالُواْ لَا طَاقَةَ لَنَا ٱلۡيَوۡمَ بِجَالُوتَ وَجُنُودِهِۦۚ قَالَ ٱلَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلَٰقُواْ ٱللَّهِ كَم مِّن فِئَةٖ قَلِيلَةٍ غَلَبَتۡ فِئَةٗ كَثِيرَةَۢ بِإِذۡنِ ٱللَّهِۗ وَٱللَّهُ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ ٢٤٩
“Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: “Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya; bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka dia adalah pengikutku”. Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: “Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya”. Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: “Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar“.
Ayat ini masih terhubung dengan kisah ayat sebelum dan sesudahnya yang menggambarkan pertempuran antara Jalut yang kuat dan digdaya dengan Thalut bersama Dawud. Dalam ayat ini, sebelum bertempur, mereka diuji terlebih dahulu dengan hal duniawi berupa minum air sungai. Mereka dilarang meminum air sungai, melainkan sekadarnya.
Banyak yang tak lolos ujian ini, mereka tak mampu menahan kesabaran. Dan mereka kemudian kalah mental sebelum bertanding. Melihat musuh sudah jatuh terlebih dahulu mentalnya. Adapun orang yang taat, maka mereka tetap yakin maju ke medan perang, sejarah telah membuktikan bahwa betapa banyak orang yang jumlahnya sedikit, mengalahkan jumlah yang banyak. Bahasa sekarang bisa digambarkan sebagai kecil tapi berkualitas. Dan sifat yang menonjol dari mereka adalah sabar. Sedangkan Allah bersama orang-orang yang sabar.
Ketika sudah mendekat medan perang, di saat musuh sudah terlihat mata, mereka tidak terburu nafsu berperang, tapi berdoa dulu kepada Allah, “Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir.” (Al-Baqarah [2]: 250) Luar biasa, meski jumlah sedikit, kekuatan tak sebanding dengan musuh, tapi karena kualitas kesabaran yang oke, ketaatan yang luar biasa dan mental yang terjaga dan tak lupa doa kepada Allah, maka perhatikan hasilnya:
“Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian umat manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam.” (QS. Al-Baqarah [2]: 251)
Perhatikan kata kuncinya! Nabi Dawud dan Thalut akhirnya bisa mengalahkan Jalut setelah usaha maksimal ditempuh, itu semua tidak lepas dari izin Allah, bukan semata-mata usaha pribadi. Bagi mukmin, ini menjadi kunci penting kemenangan.
Dari ayat tersebut, ada pelajaran berharga mengenai kekalahan dan kemenangan. Pertama, kalah dan menang itu atas izin Allah. Kedua, jumlah sedikit tidak otomatis kalah, sebab banyak jumlah kecil tapi berkualitas tapi bisa mengalahkan yang banyak. Ketiga, kesabaran merupakan syarat orang yang ingin mendapatkan kemenangan. Keempat, jangan pernah melupakan doa kepada Allah. Kelima, bangga dengan jumlah dan meremehkan musuh dengan jumlah yang kecil, bisa menyebabkan kekalahan.
Umat Islam zaman Nabi telah mendapat pelajaran yang luar biasa. Pernah menang dalam pertempuran Badar dengan jumlah sekitar 315 orang melawan pasukan yang jumlahnya hampir seribu. Mereka juga pernah kalah dalam perang Uhud, akibat tak taat pimpinan dan tergiur dengan dunia. Semua telah dialami dan memberi pelajaran yang luar biasa.
Dan ketika sudah mendapat kemenangan, yang dicontohkan Nabi ketika dapat membebaskan kota Mekkah adalah bukan berfoya-foya atau bersenang-senang yang melampau batas. Justru belau bersama sahabat-sahabatnya diperintah Allah untuk bertasbih, memuji dan memohon ampun kepada-Nya. Itulah di antara pelajaran penting terkait kemenangan dan kekalahan dalam pandangan Al-Qur`an.
Jadi, siapa saja yang mengalami kemenangan, jangan terperdaya dan terewat euforia, justru sikapi dengan syukur dan bertasbih kepada Allah, bahkan bertasbih kepada-Nya. Adapun yang kalah, itu bisa dijadikan momentum untuk evaluasi diri agar tidak mengalami nasib yang sama sebagaimana yang dihadapi orang Islam pada peperangan Uhud. (MBS)