Di masa Rasulullah SAW, hanya ada dua kecenderungan pada diri manusia hingga dua khalifah setelahnya, yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab.
Dua sahabat yang mulia sepeninggalan Rasulullah ini memang menjadi teladan yang diperintahkan langsung dari Rasulullah kepada ummat manusia.
Sebagaimana sabda Nabi SAW, “Teladanilah dua orang setelahku, Abu Bakar dan Umar.” (HR at-Tirmidzi dalam al-Manaqib, no 3662, dan Ahmad 5/382). Berdasarkan sabda Rasulullah tersebut, menunjukkan bahwa masa Abu Bakar dan Umar adalah kepemimpinan Islam lebih dekat kepada risalah, serta keduanya lebih besar keimanan dan kesalehannya.
Kedua pemimpin Islam tersebut lebih istiqamah menjalankan kewajiban dan lebih kukuh dalam thuma’ninah, maka tidak terjadi fitnah.
Kemudian pada akhir khilafah, di masa kekhalifahan Ustman bin Affan dan Ali bin Abi Thalin, sudah terjadi percampuran antara syubhat dan syahwat, serta iman dan agama. Masalah ini terjadi pada sebagian pejabat dan rakyat. Kemudian, zaman terus berkembang menjadi lebih banyak dan lebih luas. Tidak ada filter iman dan taqwa serta bercampurnya antara taqwa dan taat dengan hawa nafsu dan kemaksiatan.
Di zaman tersebut, perintah amar ma’ruf dan larangan pada kemungkaran mulai ditakwilkan dengan cara sendiri-sendiri yang bercampur dengan syahwat, prasangka, dan nafsu. Di masa inilah fitnah mulai muncul dan tercatat dalam sejarah.
Di masa setelah khalifah Abu Bakar dan Umar, manusia dikategorikan menjadi tiga golongan. Pendapat ini dinukil dari Majmuah al-Fatawa atau kumpulan fatwa Ibnu Taimiyah tentang Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan Kekuasaan, Siyasah Syar’iyyah, dan Jihad fii Sabilillah, dalam serial buku Darul Haq ke-143.
Golongan 1
Manusia dalam golongan pertama adalah kaum yang hanya berbuat menurut hawa nafsunya. Mereka tidak rela melainkan terhadap apa yang diberikan orang lain kepada mereka, dan mereka tidak marah melainkan jika orang lain menghalanginya dari sesuatu.
Jika mereka diberikan apa saja yang mereka sukai, halal atau haram, maka kemarahannya hilang dan merasa puas. Ini kebanyakan yang terjadi pada bani Adam. Penyebabnya adalah karena manusia lebih banyak berbuat zhalim lagi bodoh. Keadilan tak lagi penting, tak peduli pemimpin zhalim atau tidak, asalkan dapat bagian atau kesenangan dari kepemimpinan tersebut. Paling tidak, mereka diam atas kemungkaran dan tidak pula mengingkarinya.
Mereka diam atas suasana di mana maraknya peminum miras, pelacuran, dan pelaku kemaksiatan lainnya. Sebab ada ketakutan, jika saja kemungkaran ditentang, maka ia akan terperosok dalam situasi yang lebih buruk. Misalnya, didiskriminasi, dikucilkan, dipersekusi, diserang martabat dan kehormatannya, dan lainnya.
Golongan ini adalah terburuk di atara semua zaman, di mana kemungkaran didiamkan dan kebenaran disembunyikan. Bukankan kita berada pada zaman seperti demikian itu? Naudzubillah, semoga saja tidak. Di antara para tokoh Islam, insya Allah, masih ada yang teguh dan istiqamah.
Golongan 2
Golongan kedua adalah golongan manusia yang selamat. Golongan ini diindikasikan terjadi pada zaman Abu Bakar dan Umar bin Khattab, yaitu kaum yang berbuat menurut agama yang benar. Tentu, paling tepatnya mulai dari masa Rasulullah SAW. Mereka ikhlas menjalankan agama yang benar, istiqamah, teguh, dan melakukan perbaikan sesuai ajaran ketaatan dan risalah. Mereka bersabar menghadapi celaan, berjuang dan menjaga izzah Islam. Mereka itulah yang beriman dan beramal shaleh.
Zaman seperi inilah yang terjadi hingga di masa Abu Bakar dan Umar sebagaimana diuraikan di atas tadi. Di zaman ini, belum muncul fitnah yang mengacaukan barisan ummat Islam.
Golongan 3
Kaum yang terhimpun dalam diri mereka agama dan juga memiliki syahwat. Terkumpul dalam diri mereka keinginan melakukan ketaatan dan kecenderungan melakukan kemaksiatan. Adakalanya ajaran agama yang menang, tapi terkadang juga justru syahwat mengalahkan keimanan.
Dari ketiga golongan ini, masing-masing disifati satu nafsu yang disebut nafsu amarah, nafsu muthmainnah, dan nafsu lawwaamah.
Golongan pertama itulah yang memiliki nafsu ammarah yang senantiasa memerintahkan kepada keburukan. Golongan kedua adalah mereka yang memiliki nafsu muthmainnah, sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an Surat al-Fajr ayat 27-30. Golongan ketiga, mereka yang memiliki nafsu lawwamah, yaitu yang melakukan dosa kemudian mencelanya.
Dari uraian tiga golongan ini, golongan kedualah yang paling selamat. Golongan ini tergambar akan masa kekhalifahan Abu Bakar dan Umar, yang lebih dekat pada risalah kenabian. Tidak ada fitnah karena manusia di zaman tersebut terjaga dalam kebenaran.
Sementara pada golongan ketiga, mulai terjadi di zaman Utsman dan Ali. Kebanyakan manusia berada dalam golongan ketiga ini. Dalam diri manusia mulai terdapat syahwat dan syubhat. Baik di kalangan pejabat maupun bagi rakyat itu sendiri. Di zaman inilah munculnya fitnah.
Karena itulah, orang beriman wajib memohon pertolongan Allah dan bertawakkal kepada-Nya, semoga Allah SWT memberikan ridha-Nya, meluruskan hati kita dan tidak menyesatkannya, serta memantapkannya di atas petunjuk keimanan.
Firman Allah SWT:
فَلِذَٰلِكَ فَٱدْعُ ۖ وَٱسْتَقِمْ كَمَآ أُمِرْتَ ۖ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَآءَهُمْ ۖ وَقُلْ ءَامَنتُ بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ مِن كِتَٰبٍ ۖ وَأُمِرْتُ لِأَعْدِلَ بَيْنَكُمُ ۖ ٱللَّهُ رَبُّنَا وَرَبُّكُمْ ۖ لَنَآ أَعْمَٰلُنَا وَلَكُمْ أَعْمَٰلُكُمْ ۖ لَا حُجَّةَ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ ۖ ٱللَّهُ يَجْمَعُ بَيْنَنَا ۖ وَإِلَيْهِ ٱلْمَصِيرُ
“Maka karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah sebagai mana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah: “Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil diantara kamu. Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nya-lah kembali (kita)”.
(Aza)