Satu dari jerat setan yang mengerat anak cucu Adam dalam kenistaan adalah seruan akan kemaksiatan.
Seruan dan bujuk rayu setan agar hamba-hamba Allah di muka bumi ini agar menggemari kemaksiatan masuk pada poin kedua di antara lima perangkap kejahatan setan dalam tafsir Surat An-Naas. Pertama adalah mengingkari dan berpaling dari agama Allah dan inilah cita-cita tertinggi setan. Setan ingin ummat manusia durhaka kepada Allah SWT.
Jika tidak berhasil, setan menggoda manusia agar bermaksiat. Jika gagal lagi, setan terus menggoda agar orang beriman meninggalkan ketaatan atau menghalanginya untuk taat pada perintah Allah SWT. Jika orang yang beriman masih istiqamah, setan menggodanya agar ia riya’ dan selanjutnya ujub dalam ibadah dan amal saleh.
Nah, apakah orang yang gagal pada poin kedua di atas dengan kategori gemar bermaksiat masih bisa disebut sebagai orang yang beriman? Dalam Al-Quran disbutkan ada tiga tingkat kualitas agama atau keimanan seseorang. Allah Ta’ala berfirman,
ثُمَّ أَوۡرَثۡنَا ٱلۡكِتَٰبَ ٱلَّذِينَ ٱصۡطَفَيۡنَا مِنۡ عِبَادِنَاۖ فَمِنۡهُمۡ ظَالِمٞ لِّنَفۡسِهِۦ وَمِنۡهُم مُّقۡتَصِدٞ وَمِنۡهُمۡ سَابِقُۢ بِٱلۡخَيۡرَٰتِ بِإِذۡنِ ٱللَّهِۚ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلۡفَضۡلُ ٱلۡكَبِيرُ
“Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan, dan ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Hal demikian itu adalah karunia yang besar.” (QS. Fathir: 32)
Artinya, orang beriman memiliki tiga kategori. Pertama adalah sabiqun bil Khairat. Artinya, orang yang bersegera melakukan kebaikan. Inilah kategori tertinggi bagi orang yang beriman berdasarkan firman Allah di atas.
Kedua, muqtashid atau orang yang pertengahan. Tidak terlalu bagus,tapi tidak buruk juga. Posisi ini berada di antara kategori orang beriman yang tertinggi dan yang terburuk dan terendah pada kategori ketiga di bawah ini.
Ketiga, dzalimun linafsihi yaitu orang yang zalim kepada diri sendiri. Beriman tapi menzhalimi diri sendiri karena masih gemar bermaksiat. Secara tauhid, ia percaya Allah dan mengerjakan sebagian perintah Allah, namun tetap juga bermaksiat. Inilah tingkatan iman yang paling buruk.
Di antara tiga tingkatan kualitas agama seseorang dalam Islam, dapat diketahui melalui penjelasan dan pengertian masing-masing kategori di atas.
Sabiqun bil Khairat
Artinya, orang-orang yang menjalankan kewajiban-kewajiban agama. Mereka juga semangat mengerjakan ibadah-ibadah yang sunah. Mereka tinggalkan segala yang haram dan makruh. Mereka tinggalkan juga perkara mubah yang berlebihan karena khawatir terjatuh kepada perkara yang haram.
Muqtashid
Muqtashid adalah orang beriman yang taat, menunaikan kewajiban agama, dan meninggalkan yang haram. Namun, dia tidak memiliki semangat mengerjakan ibadah sunnah dan tidak semangat meninggalkan perkara makruh. Bahkan terlalu longgar dalam perkara mubah atau terkadang melakukan perbuatan makruh.
Dzalimun Linafsihi
Dzalimun Linafsihi adalah orang beriman, namun masih gemar bermaksiat, baik berupa melanggar sebagian kewajiban agama atau melakukan ha-hal yang dilarang.
Dari penjelasan di atas, semoga kita masuk kelompok sabiqun bil khairat. Jika dirasa belum, bersegeralah menggapai kebaikan dan keutamaan pada bagian sabiqun bil khairat. Tinggalkan maksiat dan pacu semangat diri mengerjakan ibadah sunnah.
Sementara yang paling rendah adalah kelompok dzalimun linafsihi. Jika Anda merasa di posisi ini, segeralah bergeser ke posisi kedua,dan perlahan naik ke derajat pertama di atas. Insya Allah bisa. Pertama niatkan dan perbaharui niat. Kedua, segera bertobat. Ketiga tinggalkan kemaksiatan secara total dan mulai membiasakan mengejar ibadah sunnah.
Dzalimun linafsihi adalah orang yang teledor mengerjakan perintah. Amalannya tidak sempurna dalam menunaikan kewajiban dan meninggalkan larangan. Sehingga mereka bermudahan-mudah dalam melakukan maksiat.
Ketiganya tergolong orang yang beriman, hanya tingkatannya saja yang berbeda. Ini sekaligus menjadi jawaban terkait pertanyaan pada judul di atas.
Berdasarkan makna ayat yang dibahas ini, bahwa ada tiga tingkatan kualitas iman atau agama seseorang. Hanya saja, orang yang beriman tetapi di sisi lain juga masih bermaksiat, inilah kategori yang paling rendah. Bahkan buruk.
Meski begitu,ia tetap disebut beriman karena mereka selamat dari kesyirikan. Mereka tetap mentauhidkan Allah Ta’ala dan ikhlas dalam beribadah kepada-Nya. Tetapi ia tergelincir, bisa saja karena ketiadaan ilmu atau berilmu tetapi gagal menjalani ujian di muka bumi ini.
Menurut al-Maragi dalam Tafsir Kemenag, pembagian di atas dapat pula diungkapkan dengan kata-kata lain, yaitu:
- Orang yang masih sedikit mengamalkan ajaran Kitabullah dan terlalu senang menuruti hawa nafsunya, atau orang yang masih banyak perbuatan kejahatannya dibanding dengan amal kebaikannya.
- Orang yang seimbang antara amal kebaikan dan kejahatannya.
- Orang yang terus-menerus mencari ganjaran Allah dengan melakukan amal kebaikan.
Para ulama tafsir telah menyebutkan beberapa hadis sehubungan dengan maksud di atas. Salah satunya adalah hadis riwayat Ahmad dari Abu Darda’, di mana setelah membaca ayat 32 Surah Fathir di atas, Rasulullah bersabda: “Adapun orang yang berlomba dalam berbuat kebaikan mereka akan masuk surga tanpa hisab (perhitungan), sedang orang-orang pertengahan (muqtashid) mereka akan dihisab dengan hisab yang ringan, dan orang yang menganiaya dirinya sendiri mereka akan ditahan dulu di tempat (berhisabnya), sehingga ia mengalami penderitaan kemudian dimasukkan ke dalam surga. Kemudian beliau membaca, “Alhamdulillah al-ladzi adhhaba ‘anna al-hazana inna rabbana lagafurun syakur,” (Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami, sesungguhnya Tuhan kami Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri). (Riwayat Ahmad) (aza)
Sumber: Tafsir online Kemenag dan muslim.or.id