Saat ini, kita memasuki bulan Sya’ban dalam kalender Islam. Satu bulan ke depan, Ramadhan akan tiba.
Ramadhan adalah tamu yang Agung. Jangan sampai kita kedatangan tamu yang mulia, tamu yang suci, dan tamu yang membawa berkah, di mana tiada tamu di antara 12 bulan yang lebih mulia dari Ramadhan.
Namun, kita tidak mempersiapkan diri. Kita sambut biasa-biasa saja. Tidak ada pengagungan. Sejatinya, mulai dari bulan Rajab, kita sudah mempersiapkan diri menyambut Ramadhan.
Rasa rindu pada Ramadhan mulai ditanam sejak Rajab. Karena itu, Rajab disebut dengan bulan menanam, Sya’ban bulan menyiram, dan Ramadhan bulan panen. Kata Abu Bakr Al-Balkhi rahimahullah:
شَهْرُ رَجَبٍ شَهْرُ الزَّرْعِ ، وَشَهْرُ شَعْبَانَ شَهْرُ سَقْيِ الزَّرْعِ ، وَشَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرُ حِصَادِ الزَّرْعِ
“Bulan Rajab saatnya menanam. Bulan Sya’ban saatnya menyiram tanaman dan bulan Ramadhan saatnya menuai hasil.” (Fatwa Al-Islam Sual wa Jawab no. 92748)
Rajab ibarat meniupkan angin, Sya’ban membawa mendung, dan Ramadhan adalah bulan hujan. Ramadhan adalah bulan panen pahala, Ramadhan adalah bulan hujan berkah, hujan rahmat, dan maghfirah.
Jangan sampai kita menghadapi Ramadhan seperti pribahasa: tiba masa tiba akal. Tidak ada persiapan, tidak ada pula rasa gembira menyambut Ramadhan. Dan yang lebih celaka, tidak ada rasa rindu menghadapi Ramadhan.
Di bulan Sya’ban ini semestinya kita melatih diri untuk memperbanyak kuantitas ibadah sekaligus kualitasnya. Yang tadinya hanya baca Al-Quran saat shalat, mulai sekarang program mengaji satu hari setengah juz. Syukur-syukur dapat 1 juz. Lebih banyak lebih baik lagi. Begitu Ramadhan tiba, ibadah-ibadah yang sudah dibiasakan akan menjadi ringan semuanya.
Sebagaimana shalat, ada rawatibnya. Ada shalat sunnah qabliyah dan ba’diyah. Begitu juga puasa. Di mana ada perintah wajib, ada pula amalan sunnah untuk menyempurnakan.
قال ابن رجب رحمه الله: صيام شعبان أفضل من صيام الأشهر الحرم، وأفضل التطوع ما كان قريب من رمضان قبله وبعده، وتكون منزلته من الصيام بمنزلة السنن الرواتب مع الفرائض قبلها وبعدها وهي تكملة لنقص الفرائض، وكذلك صيام ما قبل رمضان وبعده، فكما أن السنن الرواتب أفضل من التطوع المطلق بالصلاة فكذلك يكون صيام ما قبل رمضان وبعده أفضل من صيام ما بَعُد عنه
Ibnu Rajab r.a. berkata: Puasa Syaban lebih baik daripada puasa di bulan-bulan suci, dan shalat sunnah yang paling baik adalah yang dekat dengan Ramadhan sebelum dan sesudahnya. Statusnya dengan puasa sama dengan shalat sunnah biasa dengan shalat wajib sebelum dan sesudahnya, yang merupakan pelengkap dari kekurangan kewajiban, serta puasa sebelum dan sesudah Ramadhan.
وعن أسامة بن زيد رضي الله عنهما قال: قلت يا رسول الله لم أرك تصوم من شهر من الشهور ما تصوم من شعبان، فقال: “ذاك شهر تغفل الناس فيه عنه، بين رجب ورمضان،
Usamah bin Zaid, RA, dia berkata: Aku berkata, Ya Rasulullah, aku tidak melihatmu berpuasa di bulan-bulan yang kamu puasa di Sya’ban. Dia berkata: ” Itu adalah bulan yang dilalaikan oleh manusia, antara Rajab dan Ramadhan,
وهو شهر ترفع فيه الأعمال إلى رب العالمين، وأحب أن يرفع عملي وأنا صائم.” رواه النسائي، أنظر صحيح الترغيب والترهيب (ص 425)
dan bulan yang di dalamnya ditinggikan amalan kepada Tuhan semesta alam, dan aku suka jika pekerjaanku ditinggikan saat aku berpuasa.” Diriwayatkan oleh Al-Nasa’i, lihat Sahih At-Targheeb wa’l-Tarhib (hal. 425)
وفي رواية لأبي داود برقم (2076) قال: كان أحب الشهور إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم أن يصومه شعبان ثم يصله برمضان. صححه الألباني أنظر صحيح سنن أبي داوُد (2/461)
Dan dalam riwayat Abu Dawud No. (2076) dia berkata: Bulan yang paling dicintai Rasulullah saw, adalah untuk berpuasa di Sya’ban dan kemudian bergabung dengan Ramadhan. Diklasifikasikan sebagai otentik oleh Al-Albani Lihat Sahih Sunan Abi Dawud (2/461).
Jika sudah terbiasa di Sya’ban maka
Puasa ramadhan akan ringan, shalat malam ringan, baca quran ringan, dan sedekahnya juga ringan. Ibadah yang dilakukan dengan ringan dan terbiasa pastinya lebih dekat dengan keikhlasan, tak riya lagi, dengan kata lain kualitas ibadah jauh semakin baik.
Namun, jika dilakukan dengan tiba masa tiba akal, maka semuanya harus menyesuaikan diri dulu. Shalat jamaah di masjid baru mau dibiasakan pada saat Ramadhan tiba, mengajinya, hafal surat-surat pendek dan pilihan, bahkan puasanya, semuanya baru mau dimulai saat Ramadhan datang.
Kalau begitu, apa yang istimewa dari Ramadhan ini bagi kita? Kitalah yang lebih tahu isi hati masing-masing, mulai dari dengkinya, hasadnya, prasangka buruknya, ghibahnya, dan fitnahnya, maka di bulan Sya’ban ini, mari kita bersihkan semuanya. Jangan sampai sudah masuk Ramadhan, kita masih benci saudara muslim kita gara-gara beda paham, hasad karena dia lebih hebat, dengki karena dia lebih berada.
Buang semua itu demi menyambut Ramadhan. Jika tidak, maka apalah arti Ramadhan yang datang setiap tahun? Baiknya hanya saat Ramadhan tiba. Iya, kalau nyawa dicabut saat kita ibadah Ramadhan, insya Allah Khusnul Hatimah.
Perlu diingat, meski kita sudah niatkan akan maksimal beribadah di Ramadhan nanti, namun tak ada jaminan napas kita akan sampai pada Ramadhan. Meski tinggal benerpa hari lagi. Bahkan beberapa menit sekali pun. Artinya, waktu kita yang ada di bulan Sya’ban ini, adalah kesempatan untuk memperbaiki dan membiasakan ibadah-ibadah terbaik kita. Karena belum tentu kita bertemu dengan Ramadhan.
Jika malaikat maut datang di saat kita tidak maksimal dalam ibadah, maka apa yang akan kita bawa ke akhirat nanti? Sementara amal shaleh kita semuanya habis diambil oleh orang yang kita ghibahi.
Shalat kita, puasa kita, bahkan pahala sedekah kita habis diambil oleh orang-orang yang sering kita ceritakan keburukannya. Inilah orang yang bangkrut di akhirat. Bahkan dosa orang yang sering dia cerita buruk, akan dibebankan kepada dirinya, ketika pahala kebaikannya habis dibagi2 kepada orang yang dia fitnah, yang terus menerus dia ungkap aibnya.
Karena itu, mari kita muhasabah diri di bulan Sya’ban ini. Dengan muhasabah, kita bisa memperbaiki diri. Kita sucikan diri sebelum Ramadhan tiba. Kita bersihkan dosa dan salah sebelum Ramadhan. Begitu memasuki Ramadhan, jiwa kita sudah bersih. Amalan baik lebih mudah dikerjakan ketika jiwa kita bersih dibandingkan dengan berlumur dosa. Kalau pun nyawa ini tidak sampai pada Ramadhan, kita pun sudah siap menghadap kepada Allah di akhirat kelak. Wallahu a’lam. (Aza)