Ada satu hari yang paling mulia, paling baik, paling diberkati, dan paling besar di sisi Allah SWT, itulah hari Arafah. Wajar jika orang yang beribadah pada hari itu, berpuasa, berdoa dan beramal saleh, akan mendapatkan banyak keutamaan.
Terlebih bagi jamaah haji yang wukuf di Arafah. Saking pentingnya, wukuf di Arafah disebut sebagai puncak ibadah haji, dan Rasulullah SAW menyebutkan bahwa haji adalah (wukuf) Arafah. Artinya, tidak sah haji seseorang tanpa wukuf di Arafah. Orang sakit sekali pun, harus disafari-wukufkan ke Arafah meski dalam keadaan terbaring.
Safari wukuf adalah memperjalankan atau membawa para jamaah haji ke Arafah untuk ikut proses wukuf. Umumnya, jamaah haji yang sakit difasilitasi dengan ambulans dengan ditemani petugas kesehatan. Mereka ikut wukuf meski harus terbaring masing-masing di dalam ambulans.
Begitu pentingnya hari Arafah, karena termasuk hari terbesar di sisi Allah SWT. Tidak ada hari di mana matahari terbit atau terbenam lebih baik daripada hari Arafah. Karena itu adalah hari di mana doa-doa dikabulkan, Allah SWT membanggakan kepada malaikat dari orang-orang yang berkumpul Arafah, dan itu adalah hari ketika Allah memuliakan perintahnya dan mengangkat takdirnya.
Arafah juga adalah hari di mana Allah SWT menyempurnakan agama, melengkapi rahmat, dan hari pengampunan dosa dan pembebasan dari neraka. Pada hari itu, para setan dilaporkan tidak terlihat dan lebih hina. Pada hari ini juga, barang siapa yang memiliki pendengaran, penglihatan, dan lidah, akan diampuni kesalahannya.
Hari seperti ini penting bagi kita untuk belajar tentang keutamaannya, dan apa yang Allah bedakan dengan hari-hari lainnya, terutama setelah bukti keutamaannya terkumpul.
1. Hari Pembebasan dari Api Neraka
Hari Arafah adalah hari terbesar dari hari-hari di sisi Allah SWT karena itu adalah hari pertama pembebasan dari api. Imam Muslim meriwayatkan dalam “Sahih”-nya dari Aisyah Ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada hari di mana Allah membebaskan hamba dari neraka lebih dari satu hari Arafah, dia mendekat, lalu dia membanggakan tentang mereka kepada para malaikat, dengan mengatakan: Apa yang mereka inginkan?
2. Hari Penghambaan
Menurut Ahmad dalam Musnadnya dari hadits Abu Hurairah:
إن الله يباهي بأهل عرفات أهل السماء، فيقول لهم: انظروا إلى عبادي، جاءوني شعثا غبرا
“Allah bangga dengan penduduk Arafah, penduduk surga, dan Dia berkata kepada mereka: Lihatlah hamba-hamba-Ku, mereka datang kepada-Ku dalam keadaan acak-acakan dan berdebu.”
3. Hari Rahmat
Ibnu Khuzaymah meriwayatkan dari Jabir Ra:
نظروا إلى عبادي، جاءوني شعثا غبرا ضاجِّين، جاءوا من كل فج عميق، يرجون رحمتي ولم يروا عقابي، فلم يُرَ يوما أكثر عتقا من النار من يوم عرفة
“Lihatlah hamba-hamba-Ku, mereka datang kepadaku dalam debu dan keributan, mereka datang dari setiap celah yang dalam, mengharapkan rahmat-Ku dan tidak melihat hukuman-Ku.
4. Hari Penghapus Dosa
Hari Arafah adalah hari-hari Allah yang paling besar, karena itu adalah hari penghapus dosa. Dalam karya Abd al-Razzaq, dari hadits Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa ada dua orang yang datang kepada Rasulullah SAW menanyakan tentang urusan agama mereka, dan jawaban Rasulullah kepada keduanya, yaitu hari Arafah:
فلو كان عليك مثل رمل عالج أو مثل أيام الدنيا, أو مثل قطر السماء ذنوبا، غسلها الله عنك
“Meski kamu memiliki dosa seperti pasir, atau sebanyak hari-hari dunia, atau seperti tetesan air hujan dari langit, Allah SWT akan membasuhnya darimu.”
5. Hari Pengampunan
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, Nabi SAW bersabda, dari Tuhannya pada Hari Arafah:
أفيضوا عبادي مغفورا لكم ولمن شفعتم له
“Dari hamba-hamba-Ku yang diampuni untukmu dan untuk siapa kamu bersyafaat.”
6. Hari Berlimpahnya Kebaikan Allah
Ibn Abd al-Barr meriwayatkan dari Anas bin Malik ra, yang berkata: Nabi SAW berdiri di Arafah dan matahari akan terbenam, jadi dia berkata: “Wahai Bilal, perdengarkanlah kepada orang-orang.” Maka orang-orang mendengarkan, dan dia berkata: “Wahai ummat manusia, Jibril datang kepadaku lebih awal dan membacakan salam kepadaku dari Tuhanku, dan berkata: Sesungguhnya Allah telah mengampuni orang-orang Arafah dan orang-orang Al-Masy’ar, dan telah menjaminkan bagi mereka akibatnya.” Maka Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu, berdiri dan berkata: Wahai Rasulullah, apakah ini khusus untuk kami? Dia berkata: “Ini untuk Anda dan untuk orang-orang yang datang setelah Anda sampai hari kiamat.” Umar r.a. berkata: Kebaikan Tuhan berlimpah dan baik.
7. Hari Allah SWT
Orang yang tidak berdaya adalah orang yang dirampas dari kebaikan Allah pada hari Arafah. Diriwayatkan dari Salim bin Abdullah bin Umar bahwa dia melihat seorang pengemis bertanya pada hari Arafah, dan dia berkata:
يا عاجز! في هذا اليوم تسأل غير الله؟ ، فاجعل هذا اليوم لله, ولا تنشغل بغير الله, عسانا أن ندرب أنفسنا على الانشغال الدائم بالله في حياتنا
“Wahai yang tak berdaya! Pada hari ini, kamu meminta selain Allah?” Jadikanlah hari ini untuk Allah, dan jangan disibukkan dengan selain Allah, agar kita dapat melatih diri untuk terus-menerus disibukkan dengan Allah dalam hidup kita.
8. Hari Puasa
Para ulama sepakat bahwa puasa pada hari Arafah adalah puasa yang paling utama pada hari itu, dan keutamaan puasa pada hari itu telah dijelaskan oleh Nabi sallallahu alaihi wa sallam, ketika beliau bersabda: Hari Arafah, aku berharap kepada Allah agar menghapuskan tahun sebelumnya dan tahun sesudahnya.” Diriwayatkan oleh Muslim.
Puasanya adalah peningkatan derajat, perbanyak amalan, dan penghapus dosa, asalkan dia menjauhi dan menjauhi dosa-dosa besar.
9. Hari Penyempurnaan Agama dan Dicukupkannya Nikmat
Imam Bukhari meriwayatkan:
عَنْ عُمَرَ بْنِ اْلخَطَّابِ رض اَنَّ رَجُلاً مِنَ اْليَهُوْدِ قَالَ لَهُ: يَا اَمِيْرَ اْلمُؤْمِنِيْنَ، آيَةٌ فِى كِتَابِكُمْ تَقْرَءُوْنَهَا لَوْ عَلَيْنَا مَعْشَرَ اْليَهُوْدِ نَزَلَتْ لاَتَّخَذْنَا ذلِكَ اْليَوْمَ عِيْدًا. قَالَ: أَيُّ آيَةٍ. قَالَ: اَلْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَ اَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَ رَضِيْتُ لَكُمُ اْلاِسْلاَمَ دِيْنًا. قَالَ عُمَرُ: قَدْ عَرَفْنَا ذلِكَ اْليَوْمَ وَ اْلمَكَانَ الَّذِى نَزَلَتْ فِيْهِ عَلَى النَّبِيّ ص وَ هُوَ قَائِمٌ بِعَرَفَةَ يَوْمَ جُمْعَةٍ. البخارى
Dari ‘Umar bin Khaththab RA, bahwasanya ada seorang laki-laki dari kaum Yahudi bertanya kepadanya, “Ya Amirul Mu’minin, ada satu ayat dalam kitab kalian yang kalian baca, seandainya itu diturunkan pada kami kaum Yahudi, tentu kami akan menjadikan hari turunnya itu sebagai hari raya”. ‘Umar bertanya, “Ayat yang mana itu?”. Orang Yahudi itu berkata (ayat yang artinya), “Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridlai Islam menjadi agama bagimu”. ‘Umar berkata, “Sungguh aku mengerti hari itu dan tempat dimana ayat itu turun kepada Nabi SAW, yaitu ketika beliau sedang berdiri di ‘Arafah pada hari Jum’at”. [HR. Bukhari juz 1, hal. 16]
Dan ketika matahari sudah terbenam, berangkatlah Nabi SAW dengan kaum muslimin dari padang ‘Arafah menuju Muzdalifah, lalu beliau bermalam di sana. Bukhari meriwayatkan:
عَنْ اُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ رض اَنَّهُ قَالَ: رَدِفْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص مِنْ عَرَفَاتٍ، فَلَمَّا بَلَغَ رَسُوْلُ اللهِ ص الشّعْبَ اْلاَيْسَرَ الَّذِى دُوْنَ اْلمُزْدَلِفَةِ اَنَاخَ فَبَالَ ثُمَّ جَاءَ فَصَبَبْتُ عَلَيْهِ اْلوَضُوْءَ تَوَضَّأَ وُضُوْأً خَفِيْفًا فَقُلْتُ: اَلصَّلاَةُ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: اَلصَّلاَةُ اَمَامَكَ. فَرَكِبَ رَسُوْلُ اللهِ ص حَتَّى اَتَى اْلمُزْدَلِفَةَ فَصَلَّى، ثُمَّ رَدِفَ اْلفَضْلُ رَسُوْلَ اللهِ ص غَدَاةَ جَمْعٍ. قَالَ كُرَيْبٌ فَاَخْبَرَنِى عَبْدُ اللهِ بْنُ عَبَّاسٍ رض عَنِ اْلفَضْلِ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص لَمْ يَزَلْ يُلَبّى حَتَّى بَلَغَ اْلجَمْرَةَ. البخارى 2: 176
Dari Usamah bin Zaid RA, bahwasanya ia berkata: Saya membonceng di belakang kendaraan Rasulullah SAW ketika keluar dari ‘Arafah. Ketika sampai di syi’ib (kemah) sebelah kiri di dekat Muzdalifah, Nabi SAW turun untuk kencing. Kemudian beliau berwudlu, dan aku menuangkan air wudlunya, beliaupun berwudlu dengan wudlu yang ringan, lalu aku bertanya, “Apakah shalat, ya Rasulullah ?”. Beliau menjawab, “(Nanti) shalat di depanmu (Muzdalifah)”. Kemudian beliau naik unta lagi hingga sampai di Muzdalifah, kemudian beliau shalat. Kemudian Fadhl membonceng Rasulullah SAW pada pagi hari nahr (‘Iedul Adlha). Kuraib berkata, “Aku diberitahu oleh ‘Abdullah bin ‘Abbas RA, dari Fadhl, bahwa Rasulullah SAW terus-menerus bertalbiyah, sehingga sampai di jumrah ‘Aqabah. [Bukhari juz 2, hal. 176]
10. Hari Raya
Rasulullah SAW berkata: “Hari Arafah, hari pengorbanan, dan hari-hari Tasyriq adalah hari raya kami, umat Islam, dan itu adalah hari makan dan minum.” Diriwayatkan oleh orang-orang Sunan.
11. Hari Allah Mengambil Perjanjian
Dari Ibnu Abbas radhiyallahuma berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إن الله أخذ الميثاق من ظهر آدم بنعمان – يعني عرفة – وأخرج من صلبه كل ذرية ذرأها ، فنثرهم بين يديه كالذر ، ثم كلمهم قبلا ، قال : ” أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ (172) أَوْ تَقُولُوا إِنَّمَا أَشْرَكَ آبَاؤُنَا مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا ذُرِّيَّةً مِنْ بَعْدِهِمْ أَفَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ الْمُبْطِلُونَ (173)” الأعراف :172-173
“Sesungguhnya Allah mengambil perjanjian dari punggung Adam di Ni’man –yaitu Arafah- dan Allah mengeluarkan dari tulang sumsumnya semua keturunannya yang melanjutkannya. Maka Allah menyebarkan mereka di hadapan-Nya seperti biji. Kemudian Allah berkata kepada mereka sebelumnya,
أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ # أَوْ تَقُولُوا إِنَّمَا أَشْرَكَ آبَاؤُنَا مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا ذُرِّيَّةً مِنْ بَعْدِهِمْ أَفَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ الْمُبْطِلُونَ
‘Bukankah Aku ini Tuhanmu?’ Mereka menjawab: ‘Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi’. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)’, atau agar kamu tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?’ (Surah Al-A’raf: 172-173) (HR. Ahmad dan dishahihkan Syaikh Al-Albani)
12. Hari Doa
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Doa yang paling baik adalah doa di hari Arafah, dan sebaik-baik doa saya dan para nabi sebelum saya dengan perkataanku:
لا إله إلا الله وحده لا شريك له، له الملك وله الحمد، وهو على كل شيء قدير
“Tiada Tuhan selain Allah, satu- satunya, tanpa sekutu, bagi-Nya lah kerajaan dan bagi-Nya segala puji, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Diriwayatkan oleh Al-Tirmidzi, digolongkan sebagai hasan oleh Al- Albani)
13. Hari yang Luar Biasa
Dari Abu Hurairah Ra bahwa Nabi SAW mengatakan: “Hari yang dijanjikan adalah Hari Kebangkitan, hari yang disaksikan adalah Hari Arafah, dan saksi adalah hari Jumat.” Diriwayatkan oleh Al-Tirmidzi, digolongkan sebagai hasan oleh Al- Albani.
14. Hari Ganjil
Hari Arafah ada dalam bilangan ganjil sebagaimana firman Allah SWT:
وَّالشَّفۡعِ وَالۡوَتۡرِۙ
“demi yang genap dan yang ganjil” (QS Al-Fajr: 3)
Tafsirnya adalah, demi yang genap dan yang ganjil dari semua hal. Bisa juga dipahami bahwa yang genap itu adalah makhluk Allah, sedangkan yang ganjil adalah Allah. Dia Maha Esa dan tanpa bandingan. Allah tidak membutuhkan apa dan siapa pun, sedang makhluk sangat bergantung pada yang lain.
Berikutnya lagi Allah bersumpah dengan “yang genap dan yang ganjil”. “Yang genap adalah yaumun-nahr di atas, yaitu tanggal 10 Zulhijah, dan “yang ganjil” adalah hari ‘Arafah, yaitu tanggal 9 Zulhijah. Itu adalah hari-hari yang dimuliakan juga. Tanggal 9 Zulhijah adalah hari wukuf di ‘Arafah, yaitu hari dimulainya ibadah haji, dan tanggal 10 Zulhijah adalah hari mulai penyembelihan hewan kurban.
15. Hari Haji
Ini adalah pilar ziarah besar di mana Rasulullah SAW mengatakan: “Haji adalah Arafah.” Muttafaq alaih.
16. Hari Takbir
Para ulama menyebutkan bahwa takbir dibagi menjadi dua bagian: takbir terbatas, dan yang paling benar dari apa yang diriwayatkan dari para sahabat adalah ucapan Ali dan Ibn Mas’ud Ra bahwa itu adalah dari pagi hari Arafah sampai hari-hari terakhir Mina, terutama setelah shalat wajib, dan takbir mutlak, itu adalah yang terjadi pada waktu-waktu umum dan dimulai pada awal Zulhijjah. (Aza)
Sumber: Islamonline.net