Kuat, teguh, sabar, dan sungguh-sungguh dalam ibadah adalah perintah Allah Ta’ala kepada para hamba-Nya yang beriman. Bukan ibadah sekadar dan sesempatnya saja.
Penegasan tersebut termaktub dalam Al-Qur’an, Surat Maryam Ayat 65, bahwa, kuatkanlah jiwamu dalam ibadah dan usahakanlah jiwamu bersungguh-sungguh. Yaitu dilakukan dengan penuh kesabaran. Sebagaimana firman-Nya:
رَّبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا فَٱعْبُدْهُ وَٱصْطَبِرْ لِعِبَٰدَتِهِۦ ۚ هَلْ تَعْلَمُ لَهُۥ سَمِيًّا
“Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?” (Surat Maryam Ayat 65)
Dalam Tafsir as-Sa’di, oleh Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, pakar tafsir abad 14 H, Allah menjelaskan alasan faktor keluasan ilmu-Nya dan ketiadaan sifat lupa pada-Nya, yaitu karena Dia “Rabb (yang menguasai) langit dan bumi.” Rububiyah-Nya (pengendalian-Nya) meliputi langit dan bumi.
Keberadaan keduanya dalam tatanan terbaik lagi paling sempurna, tanpa ada unsur kelalaian, penyepelean, main-main dan kebatilan, merupakan bukti yang pasti mengenai ilmu-Nya yang mencakup (segala sesuatu). Maka, janganlah engkau sibukkan dirimu dengan hal itu. Akan tetapi, sibukkanlah dirimu dengan sesuatu yang bermanfaat dan mebdatangkan faidah bagimu. Yaitu beribadah kepada Allah semata, dan tidak ada sekutu bagi-Nya.
“Dan berteguh hatilah dalam beribadah kepadaNya,” maksudnya, kuatkanlah jiwamu dalam, ibadah dan usahakanlah jiwamu bersungguh-sungguh. Laksanakanlah ibadah dengan sebaik-baiknya dan sesempurna mungkin sesuai dengan kemampuanmu. Di tengah melansungkan ibadah kepada Allah, terdapat unsur penghibur hati bagi seorang hamba dari semua keterikatan serta kesenangan-kesenangan syahwat. Sebagaimana Firman Allah:
“Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal. Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (Thaha:131-132)
“Apakah kamu mengetahui ada orang yang sama dengan Dia (yang patut diibadahi)?” maksudnya apakah engkau mengetahui suatu obyek yang sama dan menyerupai Allah dari kalangan makhluk? Ini adalah bentuk istifham (pertanyaan), yang bermakna penafian (tidak mungkin ada), yang dapat diketahui dengan akal. Artinya, kamu tidak akan menjumpai ada sesuatu yang sama atau serupa dengan Allah.
Karena Dia adalah Rabb (Pengatur), sementara yang lain marbub (diatur). Dia khaliq (Pencipta), sementara yang lain makhluq (ciptaan). Dia Mahakaya dari segala arah, sedangkan selainNya secara fisik membutuhkan dari segala aspek, DIa Maha Sempurna yang memiliki kesempurnaan kecuali yang diberikan oleh Allah.
Ini merupakan bukti konkret bahwa hanya Allah yang berhak diibadahi, dan bahwa ibadah kepadaNya merupakan kebenaran, sedangkan ibadah kepada selainNya merupakan sebuah kebatilan.
Oleh karena itu, Allah memerintahkan untuk beribadah hanya kepada-Nya semata, dan bersabar dalam menjalankannya disertai menjelaskan alasan [tindakan tersebut] dengan aspek kesempurnaanNya, keesaanNYa dalam keagungan dan nama-nama yang paling baik. (Aza)
Referensi: https://tafsirweb.com/5111-surat-maryam-ayat-65.html