Indonesiainside.id, Washington DC – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump muncul sebagai hasil teratas dari akun yang disarankan ketika pengguna Twitter mengetik kata “rasis” ke dalam pencarian orang, Rabu (3/6).
Hasil itu, dilaporkan oleh outlet berita Inggris the Independent sekaligus menyoroti perselisihan yang intens di sekitar presiden. Trump memiliki lebih dari 80 juta pengikut, meskipun ada banyak perselisihan tentang berapa banyak dari mereka yang asli, pengguna Twitter manusia yang aktif.
Analis mengatakan berita itu menunjukkan bahwa lawan Trump atau sejumlah pengguna lain, menyebut dia sebagai rasis. Tetapi teori itu belum dikonfirmasi secara resmi oleh Twitter. Raksasa media sosial itu menawarkan sedikit penjelasan, bahwa algoritma pencariannya mungkin mencerminkan apa yang terjadi di platform.
Greg Sterling, seorang editor yang berkontribusi di situs Search Engine Land, mengatakan bahwa begitu banyak orang menggunakan kata-kata ‘rasis’ atau ‘rasisme’ untuk menanggapi atau menggambarkan Donald Trump, atau ada upaya bersama untuk mengaitkan akun Trump dengan persyaratan itu. Mungkin juga bahwa sejumlah besar pendukung yang membela presiden dari tuduhan rasisme juga akan menggunakan kata “rasis” dalam balasan mereka di akun Trump.
“Algoritma peringkat Twitter untuk tweet individu menggunakan berbagai sinyal, termasuk bagaimana baru-baru ini tweet diterbitkan, relevansinya (personalisasi), keterlibatan pengguna dengan tweet, kehadiran media (seperti video atau gambar), dan beberapa variabel lainnya,” kata Sterling.
Namun analis mencatat bahwa pada tahun 2007, upaya bersama yang dikenal sebagai “pemboman Google” mampu memanipulasi hasil pencarian untuk presiden saat itu, George W Bush untuk mengaitkannya dengan istilah “kegagalan menyedihkan” pada mesin pencari Google.
Kjerstin Thorson, seorang profesor politik dan media sosial Universitas Michigan State, mengatakan akan memerlukan analisis rinci untuk memahami alasan asosiasi antara Trump dan rasisme.
Tetapi Thorson mengatakan bukan tidak mungkin ini bisa menjadi representasi akurat dari apa yang orang katakan di Twitter dan bias itu mungkin bukan faktor. “Platform telah keluar dari jalan mereka untuk menghindari bias,” katanya.
Pekan lalu, dilansir dari Channel News Asia, Twitter untuk pertama kalinya menambahkan peringatan pada beberapa kicauan Trump, mendorong pembaca untuk mengecek klaim presiden.
Trump juga baru-baru ini menandatangani perintah eksekutif yang meminta lebih banyak pengawasan platform internet, sebuah langkah yang menurut beberapa pengamat sulit untuk ditegakkan. (04)