Indonesiainside.id, Ankara–Serangan dunia maya terhadap sistem kendali Covid-19 Jepang meningkat 400% tahun lalu di tengah pertempuran melawan pandemi, klaim para pejabat. Pejabat mengatakan lonjakan jumlah serangan itu primitif, gagal mengakses penelitian rahasia tentang Covid-19.
Pusat Nasional Kesehatan dan Pengobatan Global (NCGHM) negara itu menjadi target sekitar 5,3 juta serangan semacam itu tahun lalu dibandingkan dengan 1,2 juta kasus dunia maya pada 2019, Kengo Miyo, kepala intelijen informatika medis pusat, mengatakan kepada Kyodo News hari Jumat (19/3). Serangan ini tidak mengarah pada kebocoran penelitian rahasia atau informasi pribadi “karena langkah-langkah keamanan siber yang kuat,” kata Miyo.
Pada 2019, NCGHM menghadapi rata-rata 100.000 serangan per bulan, sementara angka ini melonjak menjadi sekitar 440.000 pada tahun 2020. Pejabat itu menjelaskan bahwa serangan itu adalah upaya primitif, email phishing dengan lampiran elektronik yang berisi virus atau tautan ke situs web palsu, tambah laporan itu.
“Intensifikasi serangan dunia maya berada dalam dimensi lain. Penerapan sistem pertahanan baru diperlukan melalui pertukaran informasi tentang kerusakan, metode serangan, dan tindakan balasan,” kata Miyo.
Terlepas dari serangan terhadap pengendalian virusnya, Jepang menghadapi serbuan pasien Covid-19 di rumah sakitnya meskipun jumlah tempat tidur yang layak terbatas. Pada fase sebelumnya, Jepang juga melihat angka tes harian yang lebih rendah.
Negara tersebut memberlakukan keadaan darurat dua kali untuk membendung penyebaran infeksi. Keadaan darurat terbaru yang diberlakukan sejak Januari di ibu kota Tokyo, serta provinsi Kanagawa, Saitama, dan Chiba, akan berakhir Minggu ini.
Keadaan darurat pertama Jepang diumumkan pada 7 April tahun lalu. Negara itu telah melaporkan 452.147 kasus Covid-19, termasuk 8.750 kematian, sejak wabah dimulai, bersama dengan 429.742 pemulihan, menurut angka yang dikumpulkan oleh Universitas Johns Hopkins yang berbasis di AS. (NE/aa)