Indonesiainside.id, Jakarta – Sebanyak 400 orang perwakilan masyarakat dan komunitas di Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) mendapatkan pembekalan literasi digital agar makin bijak menggunakan internet.
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bekerja sama dengan Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi (GNLD) sebagai salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital.
Kegiatan di Flores Timur dilaksanakan pada hari Senin, 19 September 2022, di Gelekat Nara Hotel Larantuka, Nusa Tenggara Timur (NTT). Sementara itu, Kegiatan di Sikka dilaksanakan pada hari Selasa, 20 September 2022, di Sikka Convention Center, Maumere, NTT.
Kepala Dinas Kominfo Kabupaten Flores Timur, Heronimus Lamawuran yang membuka workshop mengimbau masyarakat bisa menjaga privasi di media sosial, maupun platform digital lainnya.
“Coba adik-adik kirim di Facebook atau Whatsapp itu konten yang bermanfaat seperti cara membuat makanan yang adik-adik buat, jangan joget-joget tidak jelas,” kata ujar Heronimus, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (4/10).
“Membagikan konten positif dapat memberikan kebahagiaan dan ketenangan kepada teman ataupun keluarga kita sendiri yang melihat konten kita karena menambah pengetahuan mereka,” lanjutnya.
Workshop literasi digital di Kabupaten Flores Timur kali ini bertema “Produktif di Media Sosial dengan Aman, Beretika, dan Berbudaya”, dengan narasumber Fransiskus Padji Tukan seorang musisi dan kreator konten, Maksimus Masan Kian sebagai tokoh pendidikan muda Larantuka, dan Khemal Andrias selaku pegiat literasi digital.
Sejalan dengan pernyataan tersebut, Fransiskus Padji Tukan yang dikenal sebagai seorang musisi dan kreator konten, menyampaikan bahwa saat ini masyarakat hidup di era digital. Karena itu, informasi bisa berbahaya jika tidak digunakan dengan baik.
“Realitas sekarang ini sedang tergantikan dengan siber. Media sosial terasa lebih nyata dibandingkan dengan orang yang sedang berada di depan kita. Kita merasa ketika kita mendapat informasi dari media sosial, itulah realitas. Hal ini bisa berbahaya ketika kita tidak melakukan cek fakta dahulu ketika mendapat informasi,” ucapnya.
Sedangkan pegiat pendidikan, Maksimus Masan Kian, menyebut media sosial dapat bermanfaat bagi diri sendiri maupun banyak orang, apabila digunakan secara baik dan beretika.
“Kecakapan digital yang bagus tidak terletak pada bagaimana kemampuan atau keterampilan seseorang mengoperasikan perangkat digital, tetapi bagaimana perilaku atau etika dalam menggunakan media dengan bertanggung jawab, bermanfaat, dan memberi makna untuk banyak orang,” ungkapnya.
Sementara pada sesi terakhir diisi oleh Khemal Andrias selaku pegiat literasi digital. Di sesi ini Khemal menampilkan video ilustrasi mengenai kerentanan data pribadi untuk dibobol ketika pengguna lalai dalam membagikan kegiatannya di media sosial.
“Sebenarnya yang paling mungkin untuk melanggar data pribadi adalah diri kita sendiri. oleh karena itu kita harus sangat hati-hati sebelum memposting kegiatan kita di media sosial. Bisa jadi orang yang tidak bertanggung jawab dapat menggunakan data pribadi kita untuk keuntungannya,” sebutnya.
Selain itu, Khemal juga mengajak peserta menggunakan tools untuk memeriksa data pribadi mereka apakah pernah digunakan orang lain atau tidak, serta membagikan tautan agar peserta dapat mengakses materi-materi mengenai keamanan digital.
Untuk workshop yang di Kabupaten Sikka dibuka oleh Bupati Sikka, Fransiskus Roberto Diogo. Dalam sambutannya menyatakan, era keterbukaan informasi seperti saat ini yang difokuskan adalah berkaitan dengan produk.
“Setiap orang harus punya produk, segala prosesnya penghasilannya bisa kita lihat di internet, oleh karena itu kita butuh literasi digital,” katanya.
Sedangkan narasumber lainnya yaitu Handrianus Yovin Karwayu seorang influencer lokal, Dr. Gerry Gobang sebagai tokoh pendidikan Sikka, dan Khemal Andrias selaku pegiat literasi digital.
“Kita menggunakan medsos itu jangan sampai menyebarkan hoaks, itu sama saja seperti tukang tipu. medsos bisa kita pakai untuk mem-branding apa saja, seperti personal branding, produk bahkan daerah kita,” kata Handrianus Yovin Karwayu.
Selanjutnya Dr. Gerry Gobang menyampaikan bahwa batasan antara yang terang dan gelap di media sosial itu sangat tipis. Diperlukan etika dalam penggunaannya agar tidak terjebak dalam sisi gelapnya.
“Etika dalam bermedia sosial itu diperlukan agar kita dapat lebih bijak dalam memanfaatkan media sosial,” ucapnya.(Nto)